Chapter 7: Pertunangan dari Istriku yang Cantik!
Randika segera kembali ke rumah Inggrid dengan secepat kilat. Saat dia masuk ke dalam rumah, dia tidak lupa memeriksa keadaan Inggrid. Untungnya perempuan itu sudah tertidur pulas, penyaluran tenaga dalam sebelumnya pasti sangat membantu kondisi Inggrid. Randika lalu memutuskan untuk beristirahat di kamarnya sendiri.
Saat Randika hendak tidur di kasur, dia merasakan sesuatu di balik punggungnya yang mampu membuatnya merinding.
Setelah merantau bertahun-tahun dan hidup di tengah bahaya, Randika telah memiliki indera yang lebih tajam. Bahkan niat membunuh sekecil apa pun tidak akan luput dari dirinya. Hal ini akan membuatnya selangkah lebih depan terhadap bahaya yang selalu mengintai.
Namun kali ini, tatapan dari belakang punggungnya sukses membuatnya merinding. Ada bahaya yang bersembunyi di rumah ini! Orang ini pastilah orang yang kuat.
Randika lalu mendekati pintu kamarnya secara perlahan. Dia mengandalkan pendekatannya yang tanpa suara untuk membuat musuh lengah. Dia harus selangkah di depan karena tubuhnya sudah benar-benar kelelahan.
"Ya ampun Ibu Ipah! Bikin kaget saja, kenapa ibu ada di sini?"
Setelah mengetahui bahwa Ibu Ipah yang ada di balik pintu, kepalan tangan Randika segera mengendur dan dia menjadi tenang kembali.
Sejak saat keberadaannya diketahui, Ibu Ipah sudah memasang senyum kecil di wajahnya. Senyuman ini terlihat tanpa dosa dan ramah yang membuat orang merasa santai di dekatnya. Namun, Randika tidak bisa tidak melupakan bahwa aura berbahaya sebelumnya keluar dari orang yang sama dengan yang ada di hadapannya. Ibu Ipah ternyata bukan sekedar pembantu saja.
"Ibu tadi lihat bahwa nak Randika keluar malam-malam. Ibu khawatir sama nak Randika jadinya ibu datang untuk melihat. Apakah kau baik-baik saja?"
Dari nada suaranya, Ibu Ipah mengatakannya dengan penuh perhatian. Apakah kekhawatiran ini benar-benar dari hatinya?
Randika akhirnya tersadar kembali bahwa dirinya telah menikah dengan orang paling berpengaruh di kota ini. Pasti istrinya ini memiliki kekuatan tersembunyi dan tentu saja, pembantunya ini mungkin adalah salah satunya.
"Ohh.. Maaf ibu mungkin aku terlalu keras ya membuka pintunya? Aku hanya ingin menghirup udara malam kok. Saya juga tidak apa-apa, nih lihat sendiri."
Kalau dilihat dari luar, penampilan Randika terlihat biasa-biasa saja. Namun apabila seorang pendekar yang melihatnya, dia akan mengetahui bahwa keadaan tubuh Randika benar-benar kacau balau. Tenaga dalamnya telah mengalir secara tidak teratur dan tubuhnya benar-benar telah rusak.
Namun Ibu Ipah sepertinya tidak akan menyinggung hal ini, jadi dia hanya menjawab, "Kalau begitu syukurlah. Maaf ibu telah mengganggu istirahat malammu."
Segera setelah Ibu Ipah pamit, Randika segera lari ke kamar mandi dan memuntahkan seteguk darah
...
Ibu Ipah tinggal di lantai 1 sedangkan Randika dan Inggrid berada di lantai 2.
Setelah masuk di kamarnya, Ibu Ipah segera mengambil handphonenya dan menelepon.
"Selamat malam tuan, hari ini nona muda membawa pulang seorang pria. Mereka mengatakan bahwa mereka telah menikah bahkan sudah memiliki sertifikat pernikahan mereka." Ibu Ipah ternyata menelepon ayah dari Inggrid.
"Apa? Bisa-bisanya anak itu melakukan hal itu!" Sang ayah terdengar tidak terima.
"Tolong tuan jangan langsung bertindak. Aku sendiri akan menyelidiki masalah ini tanpa sepengetahuan nona. Kalau saya perhatikan, pernikahan ini tidaklah sesuai dengan perkiraan kita dan juga nona mengatakan bahwa pernikahannya ini hanyalah sementara."
"Ini tidak bagus Ipah. Kau sudah bekerja untukku selama 40 tahun dan kamu sudah tahu bukan bahwa Inggrid telah bertunangan dengan anak dari keluarga Alfred? Meskipun kita tidak sering mengungkit masalah pertunangan ini, menurutmu apa yang akan terjadi apabila keluarga Alfred mendengar hal ini? Mereka akan menyeret perusahaan Cendrawasih dan keluargaku ke dasar jurang!"
"Saya tahu tuan. Tapi bukankah anak dari keluarga Alfred sudah menghilang sejak dia kecil? Mana mungkin anak itu akan tiba-tiba muncul kembali begitu saja. Lagipula, bukankah nona memiliki perasaannya sendiri?"
Ibu Ipah terdengar tidak sopan terhadap tuannya ini. Dia beranggapan bahwa nona mudanya memiliki hak untuk memilih siapa pasangannya.
"Cukup! Aku tidak mau mendengar pendapatmu. Pokoknya, Inggrid tidak bisa menikah dengan bajingan itu. Sejak Inggrid masih kecil, dia sudah diputuskan akan menikah dengan keluarga Alfred. Ipah, aku percaya bahwa kau akan memastikan hal ini akan berjalan dengan semestinya. Lakukan cara apa pun yang kau perlukan untuk mengusir bajingan itu keluar dari kehidupan anakku!" Setelah berkata demikian, sang ayah segera menutup telepon.
Ketika mendengar hal ini, wajah Ibu Ipah terlihat sedikit pucat. Tuannya telah menyampaikan perintahnya, meskipun dia memiliki pendapatnya sendiri Ibu Ipah tidak berdaya dan tidak memiliki pilihan lain.
"Randika, kau sepertinya bukan orang sembarangan. Kau sepertinya orang yang cukup baik dan kuat. Jika nona bersama denganmu, mungkin dia akan menemukan kebahagiaannya. Namun …. Aku …. Ah sudahlah ini bukan masalah yang perlu dicemaskan orang tua sepertiku. Bukankah nona mengatakan bahwa pernikahan ini hanya berlangsung beberapa bulan? Semoga berita ini tidak bocor selama kurun waktu tersebut."
...….
Saat ini Randika masih sibuk berhadapan dengan kekuatan misterius yang ada di tubuhnya.
Dia sedang duduk bersila di ranjangnya dan bermeditasi. Sebelumnya dia telah muntah seteguk darah segar di kamar mandi. Hal ini sebenarnya membantu dirinya mengeluarkan darah kotor yang ada di tubuhnya.
Tiga jam telah berlalu dan Randika masih merasa lemas.
Sudah lama dia tidak bertarung sesengit itu dan terluka sedemikian rupa. Tidak kurang dari 10 orang menyerangnya secara bersamaan yang di mana mereka memakai obat penguat. Terlebih, Randika masih seorang manusia walaupun dia dikenal sebagai salah satu 12 Dewa Olimpus.
Di tengah-tengah meditasinya, dia tidak menahan pikirannya untuk memikirkan peristiwa hari ini.
Berawal dari Inggrid yang diracuni hingga kedatangan Naoki serta dua orang dari organisasinya.
Apakah ini memang semua ulah Naoki dan mafia Italia? Tidak, Randika sangat memahami kekuatan mereka. Bahkan jika mereka benar-benar mengerahkan kartu As mereka untuk membunuh dirinya, tidak mungkin mereka bisa menghancurkan markasnya yang dijaga begitu ketat.
Meskipun Naoki berhasil membujuk Bulan Kegelapan dan Harimau, ada hal yang mengganjal hati Randika. Mengapa mereka berdua tiba-tiba mengkhianati dirinya? Apalagi si Harimau yang sudah dia anggap adiknya sendiri. Bahkan dia juga meninggalkan Yuna dan membuatnya terluka.
Mungkin yang tidak terlalu mengherankan adalah Bulan Kegelapan. Memang dirinya merupakan orang yang haus kekuasaan dan licik. Tetapi apabila dilihat dari daya tempurnya, jelas dia bukan siapa-siapa bagi Randika.
Mungkin Naoki melihat kegelapan dan rasa tidak puas di hati Bulan Kegelapan dan berhasil membujuknya untuk bergabung.
Tapi ada satu pertanyaan terpenting yang masih belum dia bisa jawab. Bagaimana bisa mereka menyerang markasnya dan sudah ada di Indonesia? Bahkan Randika mulai ragu bahwa orang yang dihadapinya bukanlah Bulan Kegelapan dan Harimau.
Markasnya yang di luar negeri berada di pegunungan terpencil di Jepang. Yuna mengatakan bahwa sekitar jam 3 sore markasnya telah diserang. Apabila diperhitungkan, serangan malam di Indonesia ini hanya berselisih 8 jam sejak mereka berhasil menghancurkan markasnya.
Apakah Yuna berbohong pada dirinya?
Tidak, tidak mungkin. Mungkin kesetiaan orang bisa berubah tetapi Randika yakin bahwa kesetiaan Yuna pada dirinya tidak perlu diragukan. Yuna pasti tidak akan pernah melupakan bahwa penyelamat hidupnya adalah dirinya. Saat itu, Randika mengajak Yuna dan adiknya yang terlantar di pinggir jalan untuk berpetualang dengan dirinya.
Bisa dikatakan bahwa Randika lah penyelamat hidupnya dan yang memberikan Yuna serta adiknya sebuah masa depan.
Dan Yuna membalas kebaikan Randika dengan menjadi penelitinya yang meramu ramuan X. Kemampuan Yuna dalam bidang perobatan sangatlah hebat.
Mereka berdua saling mendukung dan merupakan sahabat dekat. Tidak mungkin Yuna mengkhianati dirinya dan Randika tidak pernah meragukannya sedikit pun.
Memikirkan hal ini, Randika segera menghentikan meditasinya dan menyalakan komputernya lagi. Dia ingin melihat kondisi Yuna dan memberitahu informasi yang diketahuinya.
Kali ini, Yuna sudah berada di depan komputernya. Penampilannya terlihat bersih dan terbalut perban. Di baliknya, terlihat beberapa orang sedang sibuk memindahkan barang.
Karena markasnya yang telah hancur, untuk membangunnya kembali membutuhkan banyak sumber daya. Jadi untuk para peneliti ini, barang yang masih utuh dan data-data penelitian yang terselamatkan akan berguna untuk menekan pengeluaran dan waktu.
"Yuna, apakah Bulan Kegelapan dan Harimau hadir di saat markas kita dihancurkan?"
Tanpa berbasa-basi, satu pertanyaan langsung terlontar dari mulut Randika.
"Iya mereka ada di sini. Tidak salah lagi kalau orang itu adalah Bulan Kegelapan dan aku sangat yakin akan hal itu!" Yuna mengatakan hal ini dengan nada serius.
"Kalau begitu Yuna, bagaimana kalau aku mengatakan bahwa aku baru saja membunuh Bulan Kegelapan di tempatku berada?"
"Apa?"