Legenda Dewa Harem

Chapter 345: Ada Penyusup!



Setelah turun dari pesawat, Randika, Viona dan Hannah berniatan untuk menaruh barang terlebih dahulu di hotel. Saat mereka hendak berpisah, Serena memeluk Randika dan berbisik di telinganya. "Jangan lupa menghubungiku, aku akan mendatangimu walau itu di ujung dunia sekali pun." Setelah itu dia mencium pipi Randika dan menghilang.

Melihat sosok Serena yang menghilang, Hannah yang marah berkata pada Viona. "Kak Viona, ayo kita pergi dari sini."

Setelah berkata seperti itu, Hannah menyeret Viona dan pergi meninggalkan Randika. Ketika Viona ragu-ragu, tangannya sudah ditangkap oleh Hannah dan diseret bersamanya. Sedangkan untuk koper-koper mereka, sudah jelas bahwa Randika yang akan membawanya.

Randika hanya bisa tersenyum pahit, dia sekarang harus membawa 3 koper dan menyusul Hannah yang semakin menjauh.

Tidak lama kemudian, akhirnya Randika berhasil menyusul.

"Han, itu semua bukan salahku jadi tolong bantu aku bawa barang-barang ini." Kata Randika sambil terus menyeret 3 koper dan 1 tas ransel miliknya.

"Oh? Jadi seorang pahlawan tidak bisa membawa beberapa koper?" Hannah memalingkan wajahnya. Sedangkan Viona sudah tidak tega dan menawarkan bantuan. "Ran, sini aku bantu bawain."

"Kak! Sudah jangan hiraukan pria hidung belang itu. Kalau kak Randika bisa menghabisi teroris dengan tangan kosong, bukankah barang-barang kita itu hanya hal sepele baginya?"

Randika hanya bisa tersenyum pahit, sejak kapan adik iparnya itu menjadi pintar?

"Han, jangan begitu dong. Nanti kalau barang-barangmu ini dicuri bagaimana? Aku tidak bisa menangkap sekaligus menjaga semua barang ini bukan?" Kata Randika.

"Oh jadi kakak tidak mau membawakan barang-barang kita?" Wajah Hannah terlihat jahat. "Kalau begitu, mungkin nanti pulang aku akan menceritakan perempuan yang duduk di sampingmu tadi ke..."

"Hahaha aku bercanda kok, apa tidak ada barang lagi yang bisa kubawakan?" Kata Randika sambil pura-pura tertawa.

Melihat hal ini, Viona hanya bisa tertawa sedangkan Hannah mendengus dingin. Sepertinya nama Inggrid Elina sudah menjadi senjata untuk menaklukan kakak iparnya.

Randika hanya bisa menggigit bibirnya, kalau saja tidak ada Viona mungkin dia sudah akan melawan Hannah.

Kemudian mereka bertiga naik ke dalam taksi dan berangkat menuju hotel mereka.

Setelah beberapa saat, mereka tiba di hotel mereka. Kamar mereka ada di lantai 7. Untuk acara kali ini, Hannah memesan dua kamar. Satu untuk Randika dan satu untuk dirinya dan Viona.

Ketika mereka berada di pintu kamar mereka, Randika hanya bisa menatap Hannah yang bersiul dan terlihat gembira. Viona hanya bisa tersenyum pada Randika, dia berharap senyumannya itu cukup sebagai penghiburan bagi Randika.

Ketika Viona hendak berbicara, dia sudah diseret ke dalam oleh Hannah.

Randika hanya bisa pasrah ketika melihat pintu kamar itu tertutup. Meskipun sedih, dia akhirnya tertawa. Apa adik iparnya itu pikir bahwa sebuah pintu bisa menghalangi rencana haremnya?

Kamar hotel ini menggunakan sebuah kartu untuk membuka pintu kamar, tetapi hal ini percuma apabila di hadapan seorang Ares. Randika hanya perlu menembakkan tenaga dalamnya ke arah kunci dan membukanya secara perlahan.

Karena kamar mereka bersebelahan, setelah menaruh barang-barangnya, Randika menempelkan telinganya pada dinding kamar. Dengan pendengaran supernya, dia dapat mendengar kedua perempuan sedang mengobrol. Hmm… Bukankah seharusnya mereka sedang melepas baju mereka sekarang?

Berkat tenaga dalamnya juga, dia dapat mendengarkan apa yang terjadi di balik dinding dengan jelas. Kemudian hati Randika mengepal, jelas itu suara baju yang dibuka!

Di balik dinding ini kedua perempuan cantik sedang membuka baju mereka, kalau dia tidak membuka pintu itu jelas dia bukanlah seorang pria!

Dalam sekejap Randika mulai bersemangat, kalau dia menjalankannya dengan baik maka Hannah dan Viona akan jatuh ke dalam pelukannya.

Karena kamar mereka terhubung dengan connecting door, Randika membukanya secara perlahan dan menahan napasnya. Namun, tidak ada orang di dalam kamar!

Randika benar-benar bingung, dia lalu berjalan ke tengah ruangan. Pada saat ini, terlihat dua bayangan di dalam kamar mandi.

Asyik!

Kedua bola mata Randika sudah siap merekam kejadian ini baik-baik, telinganya dapat mendengar suara kedua perempuan itu mengobrol.

Sudah dapat dipastikan bahwa kedua sosok perempuan cantik itu sedang mandi bersama-sama!

Memikirkan adegan di dalam kamar mandi itu, Randika hampir mimisan.

Hati Randika benar-benar sudah terbakar api semangat, kakinya sudah mengendap-endap ke arah kamar mandi.

Pintu kamar mandinya tidak tertutup secara rapat, sepertinya Hannah benar-benar ceroboh karena berpikir bahwa dirinya aman oleh sebuah pintu. Berkat hal ini, Randika bisa memanfaatkan hal ini!

Di dalam kamar mandi, Hannah dan Viona sama sekali tidak sadar dengan keberadaan Randika.

"Kak, kakak benar-benar punya tubuh yang luar biasa!" Hannah terpukau dengan dada Viona, dia lalu meremasnya dengan kedua tangannya. Darah di hidung Randika sudah hampir keluar.

Kedua perempuan ini masuk ke dalam bathtub yang memiliki banyak gelembung. Tetapi berkat tindakan Hannah ini, keduanya terekspos dan memperlihatkan tubuh telanjang mereka.

YA TUHAN!

Randika menelan air liurnya. Adik iparnya sendiri itu sepertinya sudah mengalami perubahan sejak selamat dari dalam gua, sepertinya ukuran dadanya bertambah lagi!

Sedangkan untuk Viona, ini pertama kalinya Randika melihat kedua dadanya itu dengan jelas. Benar-benar dada nomor 1 di dunia!

"Han, kamu sendiri juga tidak kalah kok." Viona membalas Hannah.

Melihat sosok keduanya itu saling menyentuh dan meraba satu sama lain tadi benar-benar sudah terekam di ingatan Randika.

Kedua tangan Viona dan Hannah saling meremas dada mereka masing-masing. Keduanya memuji satu sama lain dan mengatakan bahwa mereka sama-sama cantiknya.

Keduanya lalu tertawa dan mengobrol di dalam bathtub yang penuh gelembung itu.

Mata Randika benar-benar terpaku dengan kejadian ini, sudah berkali-kali dia menelan air liurnya. Sayangnya, pintu kamar mandi hanya terbuka kecil jadi dia tidak bisa melihat semuanya dengan jelas.

"Sedikit lagi, sedikit lagi!" Randika terus bergumam, matanya tidak pernah melepas sosok kedua perempuan di dalam. Ketika Hannah dan Viona membanding-bandingkan tubuh mereka, tiba-tiba mereka berdiri dan saling menyemprotkan air.

Ini dia!

Tetapi sayangnya, sosok punggung mereka lah yang memenuhi mata Randika.

"Ayo putar, putar badanmu untuk ayah!" Randika meremas pintu kamar mandi itu dengan kuat, dia sangat berharap melihat sosok telanjang mereka sekali lagi.

Bisa dikatakan bahwa dia itu berada di faksi dada walaupun faksi pantat tidak kalah bagusnya.

Randika terus menerus bergumam pada dirinya, dia sangat berharap melihat dada-dada kelas dunia itu lagi.

Namun, Randika tidak dapat melihatnya lagi karena Hannah dan Viona akhirnya berdiri dan memakai handuk.

Melihat kedua perempuan di dalam hendak keluar, Randika langsung tersadar dan berniat untuk pergi. Namun, Hannah secara tidak sengaja dapat melihat sosok bayangan dari celah pintu.

Dalam sekejap, Hannah langsung menutup dadanya yang sudah berbalut handuk itu dan berteriak dengan keras. "Siapa itu!"

Mendengar hal itu, Viona juga ketakutan. Apa ada penyusup di dalam kamar mereka?

Kedua perempuan itu berjalan perlahan ke arah pintu sedangkan Randika yang berada di balik pintu itu sudah ketakutan.

Dia harus kabur!

Ketika dia hendak lari, Hannah sudah membuka pintu dan menemukan sosok Randika.

Hannah benar-benar terkejut, rasa terkejut itu berubah menjadi marah. Kakak iparnya mengintip mereka berdua mandi?

Ketika melihat sosok Randika, wajah Viona menjadi merah. Dia tidak menyangka Randika akan melakukan tindakan hina seperti ini.

Bagaimanapun juga, mengintip itu merupakan perbuatan hina.

Randika hanya bisa berdiri diam di tengah ruangan, dia merasa malu. Ketika dia menoleh ke arah Hannah dan Viona, dia hanya bisa tersenyum pahit dengan hati yang sudah siap diomeli.

Tidak ada alasan yang terpikirkan olehnya sama sekali.

"Jadi bisa dijelaskan kenapa kak Randika ada di kamar kita? Apa kakak barusan mengintip kita mandi?" Nada Hannah benar-benar terdengar mengerikan.

"Han, bisa-bisanya kamu berpikir seperti itu! Aku bukan orang yang seperti itu!" Tanpa diduga, Randika terlihat tenang.

Mendengar jawaban ini, Hannah makin marah. "Bukan orang yang seperti itu?"

"Han biarkan aku menjelaskannya. Aku dengar kamu teriak jadi aku memastikan bahwa kalian baik-baik saja." Kata Randika dengan nada yang meyakinkan.

Bahkan Viona dapat mengerti bahwa alasan Randika ini benar-benar payah.

"Aku rasa kamulah si penyusupnya." Hannah sudah mengepalkan tinjunya.

"Beneran, aku dengar kamu teriak 'siapa itu!' jadi aku bergegas ke sini sapa tahu ada penyusup." Kata Randika dengan nada yang tenang. "Aku juga sempat mendengar langkah kaki seseorang, jadi aku bergegas masuk ke kamarmu tanpa pikir panjang."

Melihat wajah serius Randika, Hannah makin ragu. Wajah kakak iparnya ini terlihat bukan dibuat-buat, apalagi dia mengingat kejadian Shadow kapan hari jadi bisa jadi apa yang dikatakan kakak iparnya ini benar.

"Ketika aku hendak menghajarnya ternyata di dalam ruanganmu itu tidak ada siapa-siapa, baru saat itu kalian keluar dari kamar mandi dan melihatku." Kata Randika.

Mendengar kata-kata itu, Viona sedikit ketakutan; dia berpikir bahwa mungkin penyusupnya masih bersembunyi di sini. Sedangkan Hannah, dia tidak tahu harus berkata apa.

"Jadi aku sarankan kalian memakai baju dulu di kamar mandi dan aku akan mengamankan kamar kalian dulu." Setelah berkata seperti itu, Randika mulai memeriksa seluruh sudut ruangan. Karena ruangan mereka terhubung, Randika juga pura-pura memeriksa kamarnya.

Melihat wajah serius Randika, keraguan Hannah makin besar dan dia mulai percaya dengan Randika.

"Sialan, dia sudah kabur!" Tiba-tiba suara Randika terdengar dari kamarnya dan Hannah serta Viona segera ke sana. Dia melihat jendela kamar yang terbuka lebar.

Randika menghirup udara dalam-dalam. "Kurang ajar, dia benar-benar telah menipuku dengan bersembunyi di kamarku. Untung saja dia tidak berbuat macam-macam pada kita."

Viona yang mendengar kata-kata Randika itu menjadi panik. "Ran, bagaimana ini?"

"Sudah kalian berdua tenang saja, mulai hari ini aku akan berjaga-jaga agar hal ini tidak terulang lagi. Serahkan masalah ini padaku."

"Jadi bagaimana kalau kalian berdua memakai baju terlebih dahulu? Setelah itu bagaimana kalau kita mencari makan?" Randika lalu menuntun mereka berdua kembali ke kamarnya dan mengatakan bahwa dia akan mandi terlebih dahulu sebelum pergi.

Hannah semakin curiga ketika melihat Randika yang buru-buru ingin pergi ini. Tiba-tiba matanya berbinar-binar. Bukankah ini aneh? Bukankah mereka ada di lantai 7? Jadi jika penyusup itu melompat turun, bukankah itu sama saja dengan bunuh diri?

Dalam sekejap, Hannah berhenti berjalan. "Tunggu!"

Ketika Randika hendak menutup connecting doornya, dia merasakan firasat buruk. Sialan, apakah dia sudah ketahuan?


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.