Chapter 12: Maksudmu Parfum Ini?
Perusahaan Cendrawasih dikenal sebagai pelopor kota ini. Gedung yang dimilikinya sangat megah dengan 12 lantai. Bagian interior gedung yang dimilikinya sangat bagus mulai dari lantai, tanaman hingga fasilitas-fasilitas lainnya.
Tiap departemen memiliki lantai mereka masing-masing. Setiap orang memiliki akses yang terbatas pada pekerjaan mereka jadi keamanan gedung ini bisa dikatakan terjamin.
Saat Randika berkeliling sendirian di tiap lantainya, tak satu pun perempuan cantik yang luput dari matanya. Saat dia asyik melihat-lihat, dia menyadari sesuatu. Mulai dari tengah-tengah gedung sampai ke lantai paling atas, terdapat beberapa ruangan kosong yang tidak ada isinya! Di ruangan kosong tersebut tidak ada papan nama departemen apa yang memiliki hak atas ruangan tersebut.
Akhirnya setelah berkeliling gedung selama setengah jam akhirnya dia menemukan tempat ideal untuk membangun laboratoriumnya!
"Hmmm.. apakah perusahaan ini tidak sebesar yang orang kira? Ah sudahlah, yang penting ruangan ini sangat bagus untukku! Ruangan ini cocok untuk membangun laboratorium dan dengan ini aku juga tidak akan memancing perhatian para musuhku."
Melihat kondisi dan besarnya Perusahaan Cendrawasih di kota ini, apabila dia mendatangkan beberapa macam peralatan maka kecil kemungkinan bahwa rencananya akan diketahui pihak lain. Namun, Randika sedikit khawatir bahwa kemungkinan berhasil dirinya meramu ramuan X masih tergolong rendah.
Bagaimanapun juga, data penelitian ramuan X sudah hilang bersama markasnya dan juga Perusahaan Cendrawasih adalah perusahaan yang berfokus pada kosmetik, hal yang sangat berbeda dengan ilmu pengobatan.
Dia lalu memutuskan untuk menelusuri lantai lainnya, dia berharap menemukan sesuatu yang menarik.
Pada lantai 9, keamanan tempat ini jauh lebih ketat daripada lantai lainnya. Randika tidak bisa melihat dalam ruangan yang ada pada lantai ini. Untungnya, para karyawan lantai ini sedang hendak kembali ke ruangan mereka setelah jam makan siang. Dengan cepat Randika menyelinap di tengah mereka dan memasuki ruang penelitian.
Pada ruangan ini, para peneliti terlihat sibuk semua. Randika tidak ingin berbicara dengan mereka ataupun menarik perhatian, tujuannya adalah melihat seberapa jauh teknologi mereka. Dia berharap mungkin ini akan membantu dirinya dalam membangun kembali laboratoriumnya.
Setelah berkeliling beberapa saat, wajah Randika dipenuhi dengan senyuman dan semangat. "Wow aku tidak mengira peralatan perusahaan ini cukup bagus! Dengan sedikit tambahan mesin dan peralatan lainnya, meramu kembali ramuan X bukanlah mimpi! Terima kasih istriku, aku sungguh beruntung bisa bertemu denganmu hahaha!"
Sebelum markasnya di Jepang hancur dan berkhianatnya Bulan Kegelapan dan Harimau, semua pekerjaan ramuan X dilakukan oleh Yuna dari awal dan terkadang dirinya pun ikut membantu. Dia merasa bahwa dia tidak bisa terlalu mengandalkan Yuna untuk sekarang. Dengan masih berkeliarannya Bulan Kegelapan, Harimau dan Naoki membuat Randika harus segera memiliki ramuan tersebut.
Dia tidak bisa bersikap pasif dengan menunggu Yuna sedangkan dia bermalas-malasan di rumah. Sudah waktu bagi dirinya untuk aktif.
"Ah! Benar juga. Istriku pasti tidak percaya kalau tiba-tiba aku meminta sebuah ruangan untuk membuat obat. Jika aku memintanya secara langsung, dia pasti mengomel dan mengatakan bahwa aku gila lagi."
Randika pun kembali mengelilingi ruangan penelitian ini sambil memikirkan bagaimana caranya dia meminta sebuah ruangan yang kosong tadi dengan alasan yang cukup akal.
Hanya dalam beberapa langkah, tiba-tiba suara amukan Inggrid terdengar olehnya, "Kalian semua berhenti bekerja dan dengarkan aku! Terakhir kali ketika Peter dan timnya mengerjakan sebuah contoh parfum baru kalian semua hadir pada waktu itu, bisa jelaskan kenapa kalian bahkan tidak mengerti bagaimana cara membuatnya ulang? Kalian semua mau kupecat?"
Siang hari tadi jelas makan siang Inggrid dengan Peter dan timnya tidak berjalan lancar. Bahkan ini bisa dianggap sebuah bencana.
Tidak ada satu pun orang yang hadir dari pihak Peter, dia hanya mengirimkan seorang sekretarisnya yang menyampaikan bahwa mereka menginginkan keuntungan sebesar 70% dari hasil penjualan atau kerja sama mereka akan berakhir!
Keuntungan sebesar 70%!
Demi menjadi raksasa di dunia internasional, Inggrid bahkan rela menuruti perkataan dan permintaan Peter sebelumnya. Tapi sekarang terlihat bahwa rekan kerjanya ini memanfaatkan dirinya untuk memperoleh keuntungan lebih dari kerja sama mereka.
Hal ini tidak bisa dipenuhi oleh Inggrid. Dengan keuntungan yang sekecil itu, pengeluaran yang dia keluarkan tidak akan sepadan dengan keuntungan yang dia peroleh. Dia tidak bisa membuat perusahaannya mengalami hal tersebut. Inilah risiko mengandalkan pihak luar demi kemajuan perusahaannya.
Inggrid lalu mengatakan kepada sekretaris Peter untuk membatalkan kerja sama mereka. Dia pun segera kembali perusahaannya dengan hati yang kecewa.
Sekarang, Inggrid hanya bisa mengandalkan ahli parfum milik perusahaannya. Sebelum Peter dan timnya ���memberontak', mereka telah membuat sebuah contoh produk baru. Meskipun Inggrid tidak terlalu menguasai cara pembuatannya, saat produk tersebut dibuat sebagian besar ahli parfum miliknya telah hadir dan melihat cara pembuatannya.
Dia berharap meskipun dirinya tidak paham, para ahli parfum miliknya ini bisa mengetahui rahasia pembuatan yang dimiliki Peter dengan berbekal ilmu mereka.
Oleh karena itu, ketika Inggrid mengetahui bahwa mereka sama sekali tidak bisa meniru produk Peter tersebut, pemimpin perusahaan Cendrawasih ini langsung meledak.
Inggrid benar-benar dikelabui oleh Peter. Ketika dia membuat produk ini, bahan-bahan yang diperlukan sudah hampir habis dan formulanya tidak dia sebarkan. Setelah membuat 2 contoh produk baru, sudah hampir tidak ada bahan yang tersisa.
"Ibu, kami sudah berusaha semaksimal mungkin! Peter dan orang-orangnya adalah peneliti terbaik di dunia dan terlebih kita tidak memiliki formula mereka. Dengan dedikasi dan sumber daya yang memadai, bahkan kita membutuhkan waktu beberapa tahun dan beribu-ribu kali eksperimen untuk kita benar-benar berhasil membuat hal yang sama dengan mereka!"
Yang mengatakan fakta yang pahit ini adalah Kelvin, pemimpin departemen parfum perusahaan Cendrawasih. Dia mengatakan hal ini dengan tubuh yang bergetar dan nada yang sedikit mengandung rasa malu.
Untuk membuat sebuah parfum baru tidaklah sulit, yang sulit adalah membuat parfum dengan kualitas internasional. Sungguh hal yang sulit dilakukan oleh perusahaan Cendrawasih ini.
Semua orang setuju dengan perkataan Kelvin, bahkan di dalam hatinya Inggrid juga setuju. Inggrid sadar akan masalah ini sejak awal tetapi dia masih tidak terima! Tinggal selangkah lagi dia akan memasuki dunia internasional tetapi dia gagal!
Hanya satu langkah tapi langkah itu sangatlah berat dan mustahil untuk dilakukan. Tanpa langkah krusial ini, impian Inggrid untuk membuat perusahaannya berskala internasional tidak akan mungkin tercapai.
Wajah cantik Inggrid sampai terlihat mengerut dan pucat. Apakah benar tidak ada cara lain?
Wajah Kelvin juga tidak kalah pucat. Sebagai pemimpin dari departemen parfum, dia telah gagal melaksanakan tugasnya dan membuat kecewa perusahaan ini. Beban yang dia tanggung di pundaknya sangat berat.
Semua orang di ruangan penelitian ini juga terdiam. Pembuatan parfum cukup unik. Dengan sedikit saja perbedaan pada jumlah penggunaan bahan pada saat pembuatan, maka hasilnya akan berbeda dan aromanya pun juga berbeda.
Pada saat ini, hanya satu suara yang terdengar menggema di ruangan ini, "Lho istriku, kenapa dirimu terlihat begitu pucat?"
Randika keluar dari kerumunan dan mendekati Inggrid.
Istri?
Tentu saja, semua orang yang mendengarnya sedikit tercengang. Sejak kapan pemimpin mereka menikah? Kenapa mereka pada tidak ada yang tahu informasi ini?
Kerumunan para peneliti ini segera memeriksa sosok Randika yang mengaku sebagai suami bos mereka ini. Mereka memperhatikannya dengan seksama menilai kelebihan apa yang dimiliki pria ini sampai-sampai bos mereka yang terkenal sebagai wanita tercantik di kota ini mau bersama dengan dirinya.
Ketika Inggrid melihat wajah Randika, wajahnya semakin pucat. Tiba-tiba dia merasa ingin pingsan dan tidak berdaya. Masalah produk parfum ini sudah cukup membuatnya pusing sekarang malah semua orang mengetahui bahwa dia mempunyai seorang suami.
Di lain sisi Randika terlihat tersenyum dan tidak terlalu peduli dengan masalah yang sedang dihadapi perusahaan ini. Dia hanya mengatakan, "Oiii istriku, kenapa kau tidak menjawabku? Kenapa kau tidak mau melihat wajahku ketika aku mengajakmu berbicara? Apakah kamu malu karena belum terbiasa mendengar panggilan sayangku?"
Mendengar kata-kata Randika ini membuat semua orang di dalam ruangan tertegun. Apakah ini suami pemimpin mereka? Kenapa pria ini terdengar seperti kakek-kakek genit?
Melihat Inggrid tidak mau membalas perkataan dirinya, Randika kembali melihat-lihat peralatan yang dimiliki departemen ini. Dia merasa bahwa peralatannya cukup bagus, hanya butuh sedikit tambahan. Setelah itu, Randika berkata sambil menganggukan kepalanya, "Istriku, aku dengar ada parfum yang ingin kau buat ulang?"
"Randika tolong, aku tidak punya waktu untuk berurusan denganmu sekarang. Jangan menggangguku dan cepat keluar dari sini!" Inggrid benar-benar tidak habis pikir, kenapa bisa dia bertemu dengan si bajingan ini di ruangan ini!
Hati Randika sedikit sakit ketika istrinya mengusirnya. Dia berusaha tetap tenang dan berpikir dalam hati, Kalau kau bukan istriku aku pasti sudah tidak peduli denganmu!
"Kalau masalahmu cuma gara-gara sebuah parfum, suamimu ini bisa membuatnya dalam hitungan menit." Kata Randika.
Perkataannya ini malah membuat semua orang menghela napas. Dalam hitungan menit? Bahkan mereka membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyamai level Peter dan timnya sedangkan pria ini bisa hanya dalam hitungan menit?
"Omong kosong!" Kelvin sedikit marah mendengar perkataan Randika. "Mungkin Anda tidak paham akan permasalahan ini, tapi kami sedang berbicara tentang kualitas yang bisa diterima dunia. Bahkan dengan hasil jerih payah kami, kami saja membutuhkan waktu dan percobaan yang tidak sebentar. Sedangkan Anda membual bisa membuatnya dalam hitungan menit? Jangan bercanda!"
Inggrid pun juga ikut marah, "Kurang ajar! Kau benar-benar lelaki tidak tahu diri! Hari ini kau tidur di jalan!"
Ketika mendengarnya, Randika sedikit ketakutan. Tidur di jalan? Aku sudah susah payah menikah dan tinggal di rumah yang besar, sekarang dia akan tidur di jalan? Tidak! Aku tidak akan mengecewakan istriku!
"Sudahlah, serahkan semuanya pada suamimu ini. Beri aku sepuluh menit." Kata Randika.
"Bu, jangan biarkan dia melakukannya," Kelvin segera berusaha mencegah Randika, "bahan yang tersedia dan contoh produk Peter hanya tinggal sedikit. Jika pria ini gagal, maka tidak mungkin kita bisa membuat ulang produk ini."
"Oh?" Randika sedikit tersinggung dengan perkataan Kelvin dan dia pun bertanya, "Kalau begitu apakah kamu bisa membuat ulang produk ini? Bukannya kamu mengatakan bahwa itu membutuhkan sumber daya yang besar dan waktu yang lama. Belum lagi kamu tadi menyinggung membutuhkan ribuan percobaan sebelum benar-benar berhasil."
Mendengar hal ini, Kelvin benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa. Meskipun pria itu mungkin adalah suami atasannya, dia ingin menghajar Randika karena telah menghina dirinya dan orang-orangnya.
Inggrid berusaha menghentikan Kelvin tetapi Randika tampak tidak peduli dan berkata dengan santai, "Maaf teman-teman, bisakah kalian memberikanku contoh produk itu?"
Kelvin langsung menatap Inggrid dengan tatapan penuh makna. Ketika Inggrid kembali ingin menegur Randika, dia melihat tatapan Randika yang penuh dengan percaya diri, kebulatan tekad dan ketenangan tidak biasa. Entah kenapa hal ini membuat dirinya dipenuhi perasaan hangat.
"Berikanlah pria ini contoh produknya." Kata Inggrid sambil menghela napas dalam-dalam.
Kelvin pun juga ikut menghela napas yang dalam dan memberikan contoh produk itu kepada Randika.
"Terima kasih." Randika segera mengambil produk tersebut dan menghirupnya dalam-dalam.
Tatapan semua orang di ruangan ini tertuju pada Randika. Ketika mereka melihat Randika yang menghirup kuat produk mereka itu, mereka merasakan absurditas. Dia terlihat seperti seekor kuda yang menghirup bunga. Jelas sosok yang ada di hadapan mereka ini bukanlah orang yang pantas dibandingkan dengan mereka apalagi dengan Peter.
"Aduh gatel sekali hidungku!" Tiba-tiba Randika tidak kuat menahan bersinnya. Setelah itu, dia baru sadar bahwa tatapan semua orang yang ada di ruangan ini ternyata tertuju padanya.
"Maaf, sepertinya aku agak tidak cocok dengan bau parfum ini." Katanya dengan santai.
Tidak cocok? Parfum yang telah dibuat orang terkemuka di dunia ini tidak cocok dengan hidung pria ini?
Randika tidak peduli dengan tatapan mata mereka dan terus memperhatikan produk parfum di depannya ini. Dia lalu mengambil sebuah tabung kosong di meja dan mulai berkerja.
Buktikan dengan karyamu!
"Apakah orang ini adalah ahli parfum juga?" Tanya seseorang kepada temannya.
"Dari tindakannya sepertinya tidak." Orang di sebelahnya juga terkejut ketika melihat tindakan Randika. Dalam menghasilkan produk parfum, jumlah penggunaan bahan sangatlah krusial. Bahkan kelebihan setetes saja akan menghasilkan produk yang berbeda dengan aroma yang berbeda. Oleh karena itu, selama ini mereka menggunakan pinset. Tetapi di hadapan mereka sekarang, pria tersebut meramu parfumnya dengan menuangkannya begitu saja tanpa memperhatikan kuantitas penggunaan bahannya. Bagaimana mungkin pria ini bisa membuat ulang produk yang sama?
Kelvin benar-benar sudah tidak tahan dan berkata pada Inggrid, "Cukup bu, tolong hentikanlah dia. Jangan biarkan dia terus-terusan membodohi kita seperti ini."
Inggrid menatap Randika, sepertinya dia tidak mendengar percakapannya barusan. Randika masih berusaha meramu parfum yang diinginkan istrinya. Dia lalu mengambil sebuah parfum lainnya dan mencampurkannya dengan yang dia bawa.
Tabung itu sudah hampir penuh setengahnya dan Randika masih mengambil 2 parfum lainnya dan mencampurkannya lagi.
Kelvin yang melihat hal ini sudah menutup matanya rapat-rapat. Dia merasa bahwa pria ini sudah gila! Kalau tindakannya ini benar-benar berhasil, dia bahkan rela menjilat sepatu pria itu!
Randika masih terus mencampur beberapa parfum lagi namun dengan kuantitas yang lebih sedikit dari sebelumnya.
Sejujurnya, meramu parfum ini lebih gampang dari dia kira. Ketika dia masih kecil, dia dan Safira benar-benar dilatih kakek ketiga untuk mengingat berbagai macam tanaman obat baik dari bau, rasa, tekstur sehingga mereka bisa mengenalinya dengan mata tertutup. Meskipun dia tidak mendalami hal ini dengan sungguh-sungguh, indera penciuman Randika adalah salah satu yang terhebat di dunia!
Terlebih lagi, sebentar lagi dia harus meramu ramuan X yang jauh lebih rumit daripada hal ini. Kalau dia tidak membuatkan parfum ini untuk istrinya, lebih baik dia menunggu musuhnya dan bersiap-siap menemui ajalnya.
"Lalala!"
Mata Randika berbinar-binar kemudian dia mulai mengocok pelan tabung yang dia bawa di hadapan para penonton sambil bersiul.
Para peneliti ini merasa bahwa acara gila ini sudah mencapai tahap akhir. Kelvin yang membuka matanya masih dalam keadaan marah. Setiap tindakan pria ini benar-benar menghina profesinya!
"Ibu Inggrid jika Anda tidak mengusir pria ini segera mungkin, aku akan mengundurkan diri dari perusahaan ini!" Kata Kelvin dengan marah.
Hati Inggrid sudah mulai mengepal. Dia juga sudah tidak sabar lagi. Ketika dia hendak memarahi Randika, sebuah aroma dari sebuah parfum segera menyebar di dalam ruangan.
Kelvin juga sadar akan hal ini dan terkejut. Apakah hidungnya telah menipu dirinya? Aroma ini sangat mirip dengan yang dikerjakan oleh tim dari Perancis tersebut. Aroma ini tidak terlalu pekat namun sangat ringan dan membawa kesan aroma musim semi.
Randika pun memberikan tabung yang dia pegang kepada Inggrid sambil mengatakan, "Parfum inikah yang kau cari?"
Dengan segera Kelvin menghampiri atasannya tersebut. Dia mencium aroma sama persis dengan contoh produk sebelumnya. Beberapa peneliti yang lain juga setuju akan hal tersebut.
Apakah ini bukan mimpi? Ternyata selama ini hanya butuh 10 menit untuk menghasilkan hal yang sama? Mereka benar-benar berdiri diam dengan wajah yang tidak dapat mempercayai apa yang telah mereka lihat.
Inggrid benar-benar tidak percaya akan hal ini. Di saat dia masih dalam keadaan linglung, tangan kanannya ditarik oleh Randika. "Istriku, kenapa kau tidak mencobanya di tubuhmu?"
Inggrid sudah berada di pelukan Randika dan leher putihnya sudah ditetesi oleh parfum baru tersebut.
"Kau! Apa yang kau lakukan!" Inggrid benar-benar lengah dan langsung mendorong Randika.
"Yah setidaknya itu harum ketika kau pakai." Kata Randika dengan senyuman.
Muka Inggrid langsung memerah. Dia juga mencium aroma tersebut dan merasa bahwa hasil parfum milik Randika ini memang benar-benar sama persis dengan yang dibuat oleh Peter. Namun, dia masih butuh kepastian terakhir.
"Istriku yang cantik benar-benar memiliki aroma yang menggoda." Randika masih berusaha menggoda Inggrid. Sebenarnya, aroma menggoda ini bukan mengacu pada parfum melainkan aroma tubuh yang dimiliki oleh istrinya tersebut.
Setiap manusia memiliki aroma tubuh mereka masing-masing, aroma tubuh Inggrid adalah hal yang paling disukai oleh Randika.
"Tolong jangan berkata mesum seperti itu, aku tidak ingin yang lain salah paham." Inggrid menghampiri Randika dan berbisik ke telinganya dengan wajah yang tersipu malu. Pria ini memang vulgar, pikirnya.
"Bagaimana menurutmu tentang hasil karyaku?" Randika masih ingin mencari pengakuan dari istrinya ini jadi dia menanyakan hal ini dengan senyuman liciknya.
Inggrid sepertinya mengerti trik suaminya ini. Dia akhirnya memutuskan untuk meminta Kelvin yang masih tercengang untuk membawa hasil produk Randika ini. Dia meminta Kelvin untuk mengedarkan contoh ini kepada semua orang yang ada di ruangan ini.
Setiap orang yang mengendusnya akan memasang wajah tidak percaya. Bagi Randika, wajah-wajah terkejut ini adalah kesenangan yang tiada habisnya apalagi ketika Kelvin yang mengendus hasil parfumnya.
Akhirnya semua orang sepakat dan menganggukan kepalanya. Dengan berat hati Kelvin berkata pada Inggrid, "Parfum ini…. sama persis!"
Segera setelah itu, tepukan tangan dan suasana sukacita memenuhi ruangan. Bahkan muka Inggrid dipenuhi dengan senyuman yang manis dan matanya tampak mengucurkan setitik air mata.
Ketika Randika melihat istrinya ini merasa begitu bahagia, hal ini membuat hatinya senang dan merasa bahwa hasil kerja kerasnya sepadan.
"Bagaimana dengan formulanya?" Tanya Inggrid kepada Kelvin.
Tiba-tiba, wajah Kelvin kembali pucat dan melirik ke arah Inggrid, "Untuk hal tersebut Ibu harus memintanya kepada suami Anda."
Berhasil mencuri dengar percakapan mereka, Randika hanya bersiul-siul sambil memalingkan wajahnya.
Inggrid yang mendengar hal ini langsung menghela napas. Tidak ada pilihan lain, dia akhirnya berkata kepada Randika, "Kamu ikutlah denganku."
"Ke mana memangnya kita mau pergi?"
"Kita akan ke kantorku."
...
Saat mereka tiba di kantor presiden Perusahaan Cendrawasih, mereka segera duduk berseberangan. Randika terlihat santai dengan menopang dagunya dengan satu tangannya sambil melihat Inggrid di seberangnya.
"Cantik bagai bidadari, harum bagai bunga, kaulah wanita idamanku!" Randika memperhatikan wajah istrinya yang begitu cantik dengan bibir yang dilapisi oleh lipstik berwarna merah itu. Belum lagi aroma tubuh istrinya yang sangat menggoda dirinya.
Mendengar hal ini membuat wajah Inggrid kembali memerah. Dasar pria genit! Melihat tingkah laku orang ini membuat dirinya terkadang ingin menghajarnya.
"Aku ingin minta tolong bantuanmu." Kata Inggrid dengan muka serius.
"Kau membutuhkan apa wahai istriku?" Kata Randika dengan senyuman.
"Aku membutuhkan formula dari parfum yang barusan kau buat." Kata Inggrid.